Jalan M. Syafe'i Blok P Nomor 30 Pontianak, Kalimantan Barat. Telp. (0561) 731059

Selasa, 20 Juli 2010

Pemerintah berdiam menghadapi kejahatan hutan dan iklim, masyarakat bertindak

August/06/2009

Greenpeace, Walhi Kalimantan Barat dan AMAN Kalimantan Barat melakukan aksi di jantung Kalimantan untuk melindungi hutan dan lahan gambut Indonesia dari kerusakan yang dilakukan oleh Sinar Mas, penjahat hutan Indonesia terbesar. Aksi langsung tanpa kekerasan ini dilakukan di kebun kelapa sawit di sekitar Taman Nasional Danau Sentarum.

Pontianak, Indonesia — Greenpeace, Walhi Kalimantan Barat dan AMAN Kalimantan Barat hari ini melakukan aksi di jantung Kalimantan untuk melindungi hutan dan lahan gambut Indonesia dari kerusakan yang dilakukan oleh Sinar Mas, penjahat hutan Indonesia terbesar. Aksi langsung tanpa kekerasan ini dilakukan di kebun kelapa sawit di sekitar Taman Nasional Danau Sentarum, salah satu lahan basah terbesar di dunia dan hulu sungai Kapuas yang merupakan sungai terbesar dan terpanjang di Indonesia.

Sebanyak 10 orang aktivis Greenpeace dan Walhi memasang spanduk raksasa berukuran 30x6 meter di batas hutan yg masih tersisa di dalam wilayah konsesi Sinar Mas. Spanduk tersebut bertuliskan “Sinar Mas forest and climate criminal” atau “Sinar Mas penjahat hutan dan iklim”. Para aktivis kemudian merantai diri mereka ke ekskavator yang sedang beroperasi membuka hutan untuk menghalangi mereka menebangi hutan.

“Kami melakukan aksi hari ini karena pemerintah gagal melakukannya,” kata Bustar Maitar, Juru Kampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara. “Tiap hari terus menerus hutan dan lahan gambut tak ternilai dihancurkan, dibakar dan ditebangi oleh penjahat hutan seperti Sinar Mas yang mengakibatkan peningkatan eksponensial emisi gas rumah kaca penyebab perubahan iklim. Masyarakat Asia Tenggara adalah yang paling tidak siap dan yang paling rentan terhadap akibat perubahan iklim. Tanpa aksi yang langsung dan dramatis, kita menghadapi masa depan yang tidak menentu dimana cuaca ekstrim, kekeringan dan banjir akan menjadi keseharian.”

Sumber:
http://www.greenpeace.org/seasia/id/news/pemerintah-berdiam-menghadapi

Tidak ada komentar: