Daerah - Kalimantan
Ditulis oleh Era Baru News Rabu, 27 April 2011
Pontianak - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Kalimantan Barat menolak wacana pembangunan Pusat Listrik Tenaga Nuklir di provinsi Kalbar yang memiliki sumber Uranium berlimpah di Kabupaten Melawi.
"Reaktor nuklir adalah sumber tenaga listrik yang kotor dan berbahaya, dan akan selalu berpotensi menimbulkan dampak yang fatal akibat kombinasi kekhilafan maupun kesengajaan manusia, kesalahan dalam rancang bangun, serta bencana alam," kata Kepala Divisi Riset dan Kampanye Walhi Kalbar, Hendrikus Adam disela aksi Tolak Nuklir di Kalbar, di Pontianak, Selasa (26/4)
Menurut dia, banyak terjadi bencana yang bersumber dari kegagalan pengelolaan reaktor nuklir di sejumlah negara.
Bencana tersebut menimbulkan dampak dalam jangka panjang, cakupan yang luas serta berbiaya sangat besar.
"Peringatan dari berbagai bencana nuklir juga kiranya penting sampai pada masyarakat di daerah ini dan lebih khusus sebagai peringatan bagi Pemda Kalbar yang sedang 'mempersiapkan diri' untuk PLTN," kata dia.
Ia mencontohkan kejadian di Chernobyl, tanggal 26 April 1986, yang memporak-porandakan kehidupan di Ukraina seiring dengan meledaknya reaktor nuklir yang mengakibatkan sedikitnya sebanyak tujuh juta orang harus menderita setiap hari.
Kemudian di Mayak, Rusia, tanggal 29 September 1957, yang mengakibatkan 272 ribu orang terkena radiasi tingkat tinggi.
"Banyak orang menderita penyakit kronis, hipertensi, masalah jantung, arthritis dan asma," katanya.
Setiap detik orang dewasa menderita kemandulan, satu dari tiga bayi yang baru lahir menderita cacat, dan satu dari 10 anak lahir secara prematur serta jumlah orang yang menderita kanker meningkat pesat.
Di Seversk (dulu Tomsk-7) Siberia pada 6 April 1993 yang menunjukkan dampak gejala serupa berupa kelainan darah dan kerusakan genetik.
Hal yang sama juga terjadi di Semipalatinsk, Astana pada tahun 1949 hingga tahun 1962 sehingga hampir setengah dari populasi menderita disfungsi sistem syaraf motorik.
Di Jepang, juga pernah terjadi ketika Kota Hiroshima dan Nagasaki diserang tentara sekutu Amerika dengan bom atom serta bencana nuklir di Three Mile Island Amerika pada 1979 yang juga memakan banyak korban.
"Yang paling baru, di Jepang, ketika PLTN Fukushima Daiici dihantam gempa dan tsunami pada 11 Maret lalu," katanya.
Hingga saat ini, lanjut dia, belum ada kepastian dan jaminan pulihnya situasi dari bencana tersebut termasuk kondisi kesehatan warga yang terpapar radiasi nuklir yang berbahaya.
"Bencana nuklir di PLTN Fukushima Daiici sungguh tragis dan patut menjadi pelajaran berharga," katanya menegaskan.
Walhi Kalbar meminta Presiden selaku kepala negara beserta pihak terkait promotor energi nuklir (Batan, Bappeten, dan Kementerian Riset dan Teknologi) menghentikan rencana pengembangan maupun pembangunan energi nuklir melalui PLTN di Indonesia.
Kemudian, Pemerintah Daerah tidak memberi ruang dengan menghentikan rencana pengembangan energi nuklir di Kalbar.
Pemerintah tidak memaksakan pembangunan PLTN, tetapi mengalihkan investasi yang ada pada pengembangan sumber-sumber energi terbarukan (energi air, energi surya, energi angin, panas bumi/geothermal) yang tidak hanya ramah lingkungan, tapi juga terjangkau secara finansial dan dapat diandalkan untuk jangka panjang.
"Kami mengajak segenap lapisan masyarakat untuk peduli serta proaktif melakukan kontrol atas kebijakan agar Kalbar dijauhkan dari (bencana) energi nuklir," kata Hendrikus Adam.
Kalbar memiliki sekitar 24.112 ton uranium yang tersebar di Kabupaten Melawi. Sekitar 910 ton di antaranya yang sudah terukur.
Lokasi utama berada di Desa Kalan, Kecamatan Ella Hilir. Potensi uranium lainnya juga diperkirakan berada di Kabupaten Sanggau dan Landak dengan jumlah yang lebih sedikit.
Jumlah uranium sebanyak itu diperkirakan mampu untuk PLTN selama 150 tahun dengan kapasitas 1.000 Mega Watt.(ant/waa)
Sumber: http://www.erabaru.net/daerah/117-kalimantan/25646-walhi-tolak-pltn-kalbar
Rabu, 27 April 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar