Pontianak Square;
Tribun Pontianak/Iin Sholihin
Pemandangan Bukit Tekenang, Kecamatan Selimbau, TNDS. Kawasan penyangga ini terancam perkebunan kepala sawit.
Minggu, 21/03/2010/pk/23:02 WIB
PONTIANAK, TRIBUN - Mengawali peringatan hari air, WALHI Kalbar memutar tiga film sekaligus, Minggu (21/3/10) malam, di sekretariat Jalan M. Syafe'i Pontianak. Ketiga film yakni Tragedi Buyat, Globalization, dan Walkout.
Film tregedi buyat menceritakan tentang pencemaran sumber air sekitar pantai warga Buyat Pante oleh limbah tailing PT Newmont Minahasa Raya yang pecah. Newmont merupakan perusahaan pertambangan emas seluas 402.748 Ha yang mendapat konsesi selama 30 tahun di Ratatotok, Minahasa, sejak 1986.
Kemudian film Walkout menceritakan perjuangan kaum terpelajar di sebuah sekolah, yang mencoba bangkit melawan sistem yang dibangun managemen sekolah. Termasuk melawan berbagai ketentuan sekolah yang cenderung kaku dan membatasi kreatifitas pelajarnya.
Jika dikaitkan dengan isu lingkungan, film-film tersebut jelas menginspirasi untuk terus berjuang menghadapi berbagai ancaman lingkungan ke depan. Persoalan serius, karena berbagai sumber yang tersimpan dalam perut bumi perlahan namun pasti kian mengalami degradasi.
"Privatisasi sumber air kian marak, Begitu juga pembabatan kawasan penyangga (hutan) yang merupakan sumber air saat ini terus berlangsung," kata Adam, aktivis WALHI Kalbar.
Bencana kekurangan air bersih dan bencana kelebihan air akibat banjir kedepan menjadi ancaman serius. Dicontohkan, kawasan penyangga yang mendesak untuk diselamatkan yakni Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS).
Menurut catatan WALHI Kalbar, kawasan TNDS dikelilingi pembukaan hutan skala besar melalui 9 perusahaan sawit. Kawasan penting ini kaya akan flora dan fauna serta sebagai kawasan yang dilindungi. (END)
Sumber:
http://www.tribunpontianak.co.id/read/artikel/6526
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar